BANYUMAS, KOMPOS | Kawasan Bendung Gerak Serayu menjadi ruang penghidupan baru bagi para pedagang keliling yang terdampak program Makan Bergizi Gratis (MBG). Setiap sore hingga akhir pekan, bendung yang berada di jalur penghubung Banyumas–Purbalingga itu dipadati warga yang berolahraga, bersantai, atau sekadar menikmati suasana tepi sungai. Di tengah keramaian itu, para pedagang tetap menjaga semangat untuk mempertahankan pendapatan.

Sejumlah pedagang mengaku penjualan mereka menurun sejak diberlakukannya MBG, terutama pedagang yang sebelumnya mengandalkan siswa sekolah sebagai pembeli. Program penyediaan makanan gratis bagi pelajar membuat pendapatan harian mereka turun signifikan. Meski demikian, mereka tidak menyerah. Para pedagang mengalihkan lokasi dan jam berjualan ke Bendung Gerak Serayu yang lebih ramai pada sore hari, malam, serta Minggu pagi.
Salah satu pedagang yang telah lama berjualan di kawasan tersebut adalah Pak Mancung, penjual kue sarang laba-laba. Ia tetap setia menyusuri area bendung dengan gerobak kecilnya meski pendapatan kini tidak menentu. “Rezeki itu yang penting diupayakan. Tidak selalu banyak, yang penting halal dan berkah,” ujarnya sambil menyiapkan adonan di wajan yang sudah menua. Kue buatannya menjadi favorit anak-anak karena bentuknya unik dan proses memasaknya menarik.
Bendung Gerak Serayu menjadi tempat berkumpulnya berbagai pedagang seperti penjual cilok, siomay, bakso tusuk, jajanan pasar, es tebu, hingga gerobak kue sarang laba-laba. Mereka tidak saling bersaing sengit. Justru mereka saling membantu dan mengarahkan pembeli satu sama lain. “Kalau ada yang cari makanan tertentu, ya kami tunjukkan ke pedagang lain. Di sini rezeki saling berbagi,” ujar seorang pedagang cilok.
Keramaian akhir pekan menjadi waktu paling menguntungkan. Pada Minggu pagi, jumlah pengunjung meningkat tajam seiring aktivitas komunitas sepeda, pelari, dan keluarga yang datang bersamaan. Dalam momen ini, pendapatan pedagang bisa meningkat berkali lipat dibanding hari biasa.
Para pedagang berharap pemerintah daerah memberi perhatian pada penataan ruang publik tersebut. Mereka menilai fasilitas seperti tempat sampah, penerangan, area parkir, serta zonasi pedagang perlu diperkuat agar kenyamanan pengunjung tetap terjaga. Meski berjualan, mereka berupaya tidak mengganggu aktivitas olahraga dan menjaga kebersihan lingkungan.
Kisah para pedagang di Bendung Gerak Serayu menunjukkan ketahanan ekonomi mikro di tengah perubahan. Dampak tak langsung dari program MBG memang membuat sebagian pedagang kehilangan pasar utamanya, namun kreativitas dan kegigihan membuat mereka mampu menemukan ruang penghidupan baru. Seperti diungkapkan Pak Mancung, “Selama tetap berusaha, pintu rezeki tidak akan tertutup.”
