Banyumas, salah satu kabupaten di Jawa Tengah, memiliki sejarah panjang yang menarik. Berdiri sejak era Majapahit, Banyumas telah melalui berbagai perubahan kekuasaan dan budaya hingga menjadi daerah yang kita kenal sekarang. Mari kita simak bagaimana Banyumas berkembang dari masa ke masa.
Masa Majapahit dan Kemunculan Adipati Wirasaba
Pada awalnya, Banyumas merupakan bagian dari Kadipaten Wirasaba, yang dipimpin oleh seorang adipati bernama Adipati Wirasaba Marga Utama, atau sering juga disebut Kaduhu. Saat itu, wilayah ini masih berada di bawah naungan Kerajaan Majapahit. Adipati Wirasaba dikenal sebagai pemimpin yang berpengaruh dan memiliki banyak pengikut.Zaman Kesultanan Demak dan Adipati Pasirluhur
Ketika Majapahit runtuh, wilayah Banyumas menjadi bagian dari Kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah. Pada masa ini, Demak mempercayakan wilayah Banyumas kepada Adipati Pasirluhur, seorang pemimpin yang diangkat oleh Raden Patah dan diberi gelar Pangeran Senapati Mangkubumi I. Wilayah ini berkembang di bawah pengaruh Islam dan budaya Demak. Salah satu catatan sejarah lokal tentang Banyumas di masa itu adalah *Babad Pasir* dan *Babad Banyumas*, yang menceritakan legenda-legenda tentang tokoh-tokoh masa lalu serta perubahan politik di daerah tersebut.Cerita Legendaris Pasirluhur
Babad Pasir mengisahkan perjalanan hidup tiga putra Prabu Siliwangi, yaitu Raden Banyakcatra, Raden Banyakblabur, dan Raden Banyakngampar. Tokoh utama dalam cerita ini, Raden Banyakcatra, atau yang dikenal juga dengan nama Arya Banyakcatra, meninggalkan kerajaannya untuk mencari seorang puteri impian, yang akhirnya membawanya ke Kadipaten Pasirluhur. Di Pasirluhur, ia tertarik dengan Dewi Ciptarasa, puteri dari Adipati Kandadhaha. Arya Banyakcatra kemudian menyamar menjadi orang biasa dengan nama Kamandaka agar bisa mendekati sang puteri. Meski pada awalnya hubungan mereka ditentang oleh Adipati Kandadhaha, akhirnya Kamandaka berhasil mengungkap jati dirinya sebagai putra raja dan diterima sebagai menantu.Petualangan Menyamar sebagai Lutung Kasarung
Cerita Kamandaka semakin menarik saat ia menyamar sebagai Lutung Kasarung, serta menghadapi berbagai tantangan, termasuk melawan adiknya sendiri, Banyakngampar, yang menyamar sebagai Silihwarni. Kamandaka juga harus berhadapan dengan Raja Pulebahas dari Nusa Kambangan. Setelah melewati berbagai petualangan, akhirnya Arya Banyakcatra menjadi Adipati Pasirluhur dan menikah dengan Dewi Ciptarasa.Pasirluhur dan Penyebaran Islam
Beberapa generasi setelah Arya Banyakcatra, keturunannya yang menjadi penguasa Pasirluhur, yaitu Banyakbelanak, memeluk Islam setelah didakwahkan oleh Raden Patah melalui seorang wali bernama Pangeran Makdum. Banyakbelanak menjadi adipati setia di bawah Kesultanan Demak dan banyak melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama Islam, baik di wilayah barat maupun timur.Perkembangan Banyumas dan Lahirnya Kabupaten Banyumas
Banyumas seperti yang kita kenal sekarang, sebenarnya lahir dari wilayah Wirasaba, yang saat itu dikuasai oleh Adipati Wirasaba ke-7, Adipati Wargohutomo II, atau lebih dikenal sebagai Joko Kaiman. Joko Kaiman adalah menantu dari Adipati Wargohutomo I yang dibunuh atas perintah Sultan Hadiwijaya dari Pajang pada tahun 1578. Sultan Pajang mengangkat Joko Kaiman sebagai adipati baru di Wirasaba dengan gelar Adipati Wargohutomo II. Namun, wilayah tersebut kemudian dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Wirasaba (yang sekarang menjadi Purbalingga) 2. Banjar Petambakan (sekarang Banjarnegara) 3. Merden (sekarang bagian dari Cilacap) 4. Kejawar (Banyumas saat ini) Joko Kaiman sendiri memilih Kejawar sebagai pusat pemerintahan dan menjadi pemuka bagi ketiga wilayah lainnya, sehingga ia dikenal dengan julukan Adipati Mrapat.Hari Jadi Banyumas
Pengukuhan Joko Kaiman sebagai Adipati Wirasaba oleh Sultan Hadiwijaya dipercaya terjadi pada 12 Rabi'ul Awwal 990 H atau 6 April 1582 Masehi. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Banyumas. Sejak saat itu, Banyumas berkembang sebagai wilayah tersendiri dengan identitas budaya dan karakter masyarakat yang unik.Peninggalan Sejarah dan Budaya Banyumas
Banyumas menyimpan berbagai peninggalan sejarah dan budaya yang masih bisa dinikmati hingga saat ini. Misalnya, cerita-cerita rakyat tentang Kamandaka dan Lutung Kasarung yang masih dikenal luas oleh masyarakat lokal. Selain itu, terdapat berbagai situs bersejarah yang mengingatkan akan masa kejayaan Banyumas di masa lalu.1. Tradisi dan Seni Budaya Banyumas
Banyumas terkenal dengan tradisi budaya dan seni khasnya yang disebut Lenggeran. Seni Lengger merupakan tarian tradisional yang dipertunjukkan di berbagai acara adat, seperti hajatan dan perayaan desa. Musik calung, alat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu, juga merupakan bagian dari kekayaan budaya Banyumas yang masih lestari hingga kini.2. Situs-Situs Bersejarah
Berbagai situs peninggalan sejarah dapat ditemukan di Banyumas, termasuk makam tokoh-tokoh berpengaruh dari masa lalu. Selain itu, ada juga monumen dan bangunan tua yang menjadi saksi sejarah perkembangan Banyumas sebagai daerah yang memiliki peran penting di Jawa Tengah.Kesimpulan: Kabupaten Banyumas yang Kaya Sejarah dan Budaya
Banyumas memiliki sejarah yang kaya, mulai dari masa Majapahit hingga menjadi bagian dari Kesultanan Demak dan Pajang. Dari kisah Arya Banyakcatra yang penuh petualangan hingga peran Joko Kaiman dalam membentuk wilayah Banyumas yang kita kenal sekarang, setiap masa telah meninggalkan jejak sejarah yang berharga. Banyumas saat ini adalah daerah yang berkembang pesat, namun tetap menjaga nilai-nilai tradisional dan budaya yang diwariskan oleh para leluhur. Dari tradisi seni, situs bersejarah, hingga hari jadi yang selalu diperingati setiap tahunnya, Banyumas adalah bukti bahwa sejarah dan budaya tetap hidup dalam keseharian masyarakat. Semoga pengetahuan tentang sejarah Banyumas ini menginspirasi kita semua untuk lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai yang telah ada sejak dulu.Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Banyumas